Stres
adalah segala peristiwa tuntutan – tuntutan internal baik itu fisiologis
ataupun psikologis yang membebani dan melebihi kapasitas sumber daya individu
untuk memenuhinya. Ada dua macam stress yaitu strees positif ( eustrees ) dan stres negatif distress. Hal tersebut dibagi
berdasarkan penyebabnya,kalau eustress
disebabkan oleh hal yang positif seperti dapat tugas untuk berpidato, kejutan
ulang tahun, dan lain – lain. Sedangkan distress
disebabkanoleh kejadian – kejadian yang negatif, misalnya kematian orang yang
kita kenal, menderita penyakit, dan lain – lain.
Selain
itu setiap individu mempunyai perbedaan persepsi dalam menanggapi suatu
peristiwa hal tersebut juga yang menjadi pembeda tingkatan stress itu sendiri.
Jadi dalam kejadian atau situasi yang sama – sama dihadapi oleh seseorang belum
tentu orang tersebut akan mengalami hal yang sama karena itu tergantung
bagaimana menyikapinya. Dan biasanya itu berdasarkan tipe kepribadian orang masing
– masing.
Orang
yang mengalami stres dapat dilihat dari gejala – gejala yang ada, yaitu dari
gejala kebiasaan, kognitif, dan fisik. Dari hal perbuatan dapat dilihat orang
yang stres itu biasanya akan susah tidur, atau sebaliknya kebanyakan tidur,
suka menggigit jari, menggoyangkan kaki karena nerveous, dorongan seks menurun, mudah marah, mudah menangis karena
hal yang sepele, dan malas beraktifitas. Dari gejala kognitif dapat dilihat
dari aspek mudah lupa, kreatifitas menurun, kurang mampu melihat detail, kurang
konsentrasi, kurang percaya diri, dan mudah berpikiran negatif atau berburuk
sangka. Sedangkan dari gejala fisik orang stres dapat dilihat dari migren,
gangguan perut, sesak nafas, flu, tangan berkeringat dingin, leher kaku dan
tegang, mata terasa capek, badan terasa pegal. Itulah antara lain gejala –
gejala yang biasa dialami oleh orang stres.
Sumber
stres dapat berasal dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan. Dari diri
sendiri dapat dilihat dari kepribadian seseorang melalui tipe kepribadiannya
misal orang yang perfeksionis akan mudah stres ketika standar yang dia tentukan
untuk dirinya dan orang lain tidak terpenuhi. Perilaku coping behavior juga
menjadi sumber stres yang berasal dari diri sendiri misalnya orang yang lebih
fokus pada emosinya ketika menghadapi masalah ataupun lebih fokus pada masalah
itu sendiri, keimanan yang rendah, ambisi yang sangat tinggi, gengsi pribadi,
dan ancaman penyakit itulah anatara lain sumber stres dari diri sendiri.
Kemudian faktor keluarga juga merupakan sumber stres bagi yang sudah
berkeluarga tentunya,semisal kehilangan anak, kehilangan suami atau istri,
permasalahan anak dan lain – lain. Dan sumber yang terakhir berasal dari
lingkungan, ketika berada pada pada lingkungan yang kumuh, padat dan bising
atau mungkin lingkungan kerja yang tidak kondusif dengan kerjaan yang begitu
padat. Hal – hal tersebutlah yang sering membuat kita stres.
Apabila
hal tersebut sudah terjadi sikap seperti apa yang harus kita lakukan? Kalau
saran saya sendiri kita harus memahami apa – apa yang bisa dikendalikan dan apa
– apa yang tidak bisa dikendalikan. Lebih kongkritnya lagi apakah masalah
tersebut dapat dihindari, dapatkah dilakukan sesuatu dalam masalah tersebut,
dan apakah dapat diubah menjadi hal yang berbeda.
Dan
strategi yang dapat digunakan adalah mengelola pikiran, perilaku, relaksasi,
dan mengelola dukungan sosial. Lebih detailnya salah satu contoh dalam aplikasi
sehari – hari mencari teman yang dapat menjaga rahasia dan privasi kita untuk
berbagi. Ceritakan masalah yang dihadapi jika membantu penyelesaian masalah
yang sedang dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar