Kamis, 13 Oktober 2011

Bagaimana mengelola stres


Stres adalah segala peristiwa tuntutan – tuntutan internal baik itu fisiologis ataupun psikologis yang membebani dan melebihi kapasitas sumber daya individu untuk memenuhinya. Ada dua macam stress yaitu strees positif ( eustrees ) dan stres negatif distress. Hal tersebut dibagi berdasarkan penyebabnya,kalau eustress disebabkan oleh hal yang positif seperti dapat tugas untuk berpidato, kejutan ulang tahun, dan lain – lain. Sedangkan distress disebabkanoleh kejadian – kejadian yang negatif, misalnya kematian orang yang kita kenal, menderita penyakit, dan lain – lain.

Selain itu setiap individu mempunyai perbedaan persepsi dalam menanggapi suatu peristiwa hal tersebut juga yang menjadi pembeda tingkatan stress itu sendiri. Jadi dalam kejadian atau situasi yang sama – sama dihadapi oleh seseorang belum tentu orang tersebut akan mengalami hal yang sama karena itu tergantung bagaimana menyikapinya. Dan biasanya itu berdasarkan tipe kepribadian orang masing – masing.

Orang yang mengalami stres dapat dilihat dari gejala – gejala yang ada, yaitu dari gejala kebiasaan, kognitif, dan fisik. Dari hal perbuatan dapat dilihat orang yang stres itu biasanya akan susah tidur, atau sebaliknya kebanyakan tidur, suka menggigit jari, menggoyangkan kaki karena nerveous, dorongan seks menurun, mudah marah, mudah menangis karena hal yang sepele, dan malas beraktifitas. Dari gejala kognitif dapat dilihat dari aspek mudah lupa, kreatifitas menurun, kurang mampu melihat detail, kurang konsentrasi, kurang percaya diri, dan mudah berpikiran negatif atau berburuk sangka. Sedangkan dari gejala fisik orang stres dapat dilihat dari migren, gangguan perut, sesak nafas, flu, tangan berkeringat dingin, leher kaku dan tegang, mata terasa capek, badan terasa pegal. Itulah antara lain gejala – gejala yang biasa dialami oleh orang stres.

Sumber stres dapat berasal dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan. Dari diri sendiri dapat dilihat dari kepribadian seseorang melalui tipe kepribadiannya misal orang yang perfeksionis akan mudah stres ketika standar yang dia tentukan untuk dirinya dan orang lain tidak terpenuhi. Perilaku coping behavior juga menjadi sumber stres yang berasal dari diri sendiri misalnya orang yang lebih fokus pada emosinya ketika menghadapi masalah ataupun lebih fokus pada masalah itu sendiri, keimanan yang rendah, ambisi yang sangat tinggi, gengsi pribadi, dan ancaman penyakit itulah anatara lain sumber stres dari diri sendiri. Kemudian faktor keluarga juga merupakan sumber stres bagi yang sudah berkeluarga tentunya,semisal kehilangan anak, kehilangan suami atau istri, permasalahan anak dan lain – lain. Dan sumber yang terakhir berasal dari lingkungan, ketika berada pada pada lingkungan yang kumuh, padat dan bising atau mungkin lingkungan kerja yang tidak kondusif dengan kerjaan yang begitu padat. Hal – hal tersebutlah yang sering membuat kita stres.
Apabila hal tersebut sudah terjadi sikap seperti apa yang harus kita lakukan? Kalau saran saya sendiri kita harus memahami apa – apa yang bisa dikendalikan dan apa – apa yang tidak bisa dikendalikan. Lebih kongkritnya lagi apakah masalah tersebut dapat dihindari, dapatkah dilakukan sesuatu dalam masalah tersebut, dan apakah dapat diubah menjadi hal yang berbeda.

Dan strategi yang dapat digunakan adalah mengelola pikiran, perilaku, relaksasi, dan mengelola dukungan sosial. Lebih detailnya salah satu contoh dalam aplikasi sehari – hari mencari teman yang dapat menjaga rahasia dan privasi kita untuk berbagi. Ceritakan masalah yang dihadapi jika membantu penyelesaian masalah yang sedang dihadapi.

Tidak ada komentar: